Laman

Minggu, 25 Juli 2010

hatiku sama dengan hatinya...

mungkin kata-kataku terhadapmu membuat kau kecewa

betapa wanita yg selalu kau campakkan ini bisa dengan lantang menghardik setiap derai ucapmu

betapa wanita yg diam ini menumpahkan segala kepenatan atas cercaanmu

hei boy jangan kau pikir dalam diam ku selama ini aku tak merasa

aku merasa begitu dalam setiap goresan kata yg kau tusukan di ulu hatiku

kau tak akan mengerti betapa sakitnya ketajaman pisau lidahmu itu

dalam kebisuanku atas lisan mu itu

aku brpikir betapa bodohnya aku

membiarkan pisau mu menari-nari diatas luka yg sudah tertoreh dalam

aku mencoba membalut luka itu dengan perban seadaku

tapi kau tau seberapa kuat aku mencoba membalut luka ini

justru semakin kau perdalam dengan sayatan-sayatan teratur seolah telah kau persiapkan

bukan aku tak berusaha boy

segala usaha telah ku kerahkan

bahkan aku tutupi luka menganga ini di depan mu dan komplotanmu itu

boy aku wanita!

aku wanita!

kau dengar ini aku wanita!

sama seperti dia, kekasihmu yg selalu kau belai lembut rambutnya ketika sedang berduka.

kau lupa itu.

hatiku sama halusnya dengan hati wanita manapun.

aku sama rapuhnya dengan batang-batang ketegaran wanita manapun

aku bukanlah tipe teman yg tega membicarakan kebusukanmu itu pada orang banyak

ini lah caraku

memakimu dengan lantang tepat didepan mukamu

itulah caraku membuat kau menganga tak percaya

bahwa wanita yg kau permainkan dengan ucapan2 pahitmu itu

telah tak kuasa memegang kendali atas hatinya

yang telah terbalut puluhan bahkan ratusan lapisan perban

untuk menutupi luka mendalam yg selalu dipendam

ingat hati wanita yang telah tersayat

tak mungkin lagi bisa kembali seperti semula

kebentuk dimana tajamnya lidah belum menyentuh relung2 terdalam.

Sabtu, 24 Juli 2010

hampa

kehampaan dari sudut hatiku mulai menjamah ke permukaan.

bahkan untuk setiap nafas yang aku hembuskan masih saja melafaskan kehampaan.

ketika disekeliling begitu riuh gaduh.

aku terjebak dalam diamnya kehampaan yang begitu dalam.

sebegitu berartikah dirimu wahai kekasih sampai merongrong setiap detik hentakan jantungku?

seberapa dalam bait-bait kasihmu merayap akan hatiku?

sejenak aku dalam kebingungan.

mengapa hal seperti ini menghampiriku?

bukankah aku pernah berikrar untuk tak menhindahkan mu lagi barang sedetikpun.

ikrar yang begitu lantang ku ucapkan.

agar seberapapun upaya mu mengoyahkan aku tetap pada ikrar sekuat batu karangku itu

lalu kemana semua itu?

sebegitu lemah kah aku hingga tak bisa lagi bertahan pada pegangan yg kuagungkan itu.

yang kuanggap lebih kokoh dari karang di lautan.

kini aku dalam kehampaan.

aku hampa.

aku hampa sedalam dalam hampa yang ada

apa kau tahu itu?

ketika ku tapaki jalan ini mereka menatapku dengan tatapan yg begitu dangkal.

kau pasti tau aku tak suka itu.

sebegitu berharganya kah dirimu untukku sampai dunia mencibirku.

aku tak benar-benar mengerti rasa macam apa yg telah kau berikan.

ketika mulai memudar kehampaan macam ini yg justru melandaku.

berikan aku penawar atas hampa yang telah tercipta.

aku tak ingin berlama-lama berkubang dalam kehampaan.

yang kian lama kian pasti menggerogotiku sampai habis.

mulai mengiris-iris nadiku dengan pisau tajam.

oh sungguh tak terperih lagi.

aku tak mau benar-benar tak mau.

bisakah kau bawakan penawarnya untuku.

walau aku harus melanggar ikrar yang dengan lantang kubuat itu.

segeralah kau datang dan bawa penawarmu.

aku masih menantimu di tempat biasa, dimana dulu kita acap kali bertemu.

tapi aku tak kuat menanti lama.

jika kau tak kunjung datang, maka aku berupaya mencari penawar di tempat lain.

sungguh aku hanya ingin terbebas dr rasa ini saja.

jauh di lubuk hati terdalamku aku benar-benar berharap kaulah yang akan membawa penawar itu.

tp kau tahu seberapapun besar keinginanku akan mu.

jauh lebih dalam lagi rasaku untuk terbebas dr kehampaan ini.

maka biarlah tuhan memberikan kuasanya atas waktu.

yang kian pasti akan menjawab tiap asa yang terlanjur kulabuhkan pada-Nya.